Nak, kamu istimewa...
Walaupun 7 tahun lalu kau memaksa keluar dari perut Ibu di usia kandungan yang baru 32 minggu. Kulitmu membiru, tak menangis ketika dilahirkan, dan bobot tubuh yang hanya 1,9kg memaksamu 'menginap' di Rumah Sakit selama 28 hari.
Nak, kamu istimewa...
Walaupun 3 bulan kemudian kau divonis menderita hydrocephalus. Ukuran kepalamu lebih besar dibanding bayi lain seusiamu. Penyebabnya karena kau terjangkit salah satu virus TORCH. Kau sempat diinfus di Rumah Sakit seharian, tanpa obat. Ketika akhirnya malam tiba, Dokter mengatakan obat untuk penyakitmu belum tersedia dan beliau menyuruh kita pulang. Ibu membawamu pulang dengan hampa, Nak...
Nak, kamu istimewa... Walaupun setelah hari itu kami sibuk mencari obat untukmu. Kamu ingat, Kakek dan Abi setiap hari mondar-mandir dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit lainnya, dari Apotek satu ke Apotek lainnya, demi mencari obat untuk penyakitmu yang memang ketika itu sulit didapat. Dan Ibu? Ibu tak henti menyeka air mata setiap saat. Ibu panik, takut... Doa Ibu kala itu : Ya Alloh, sembuhkan anakku, biar aku saja yang sakit, pindahkan penyakitnya padaku, biarkan anakku sehat... Ah, doa yang dulu sempat Ibu pikir berlebihan akhirnya terucap juga. Ibu tau rasanya sekarang, bagaimana seorang Ibu akan menjadi 'tak waras' ketika melihat anaknya menderita. Bagaimana seorang Ibu akan sulit untuk berpikir jernih saat anaknya sakit. Yang ada dipikirannya adalah bagaimana agar anaknya sehat, tak peduli bagaimana pun caranya, walaupun harus bertukar nyawa.
Nak, kamu istimewa.. Seistimewa ikhtiar kita dengan medis dan alternatif untuk kesembuhanmu. Seistimewa perjuangan kita yang akhirnya berbuah manis. Kamu sembuh, Nak..
Nak, kamu istimewa... Seistimewa cara Alloh memilih rahim Ibu untuk tempat hidupmu. Seistimewa rasa cinta saat pertama kali kau lahir ke dunia.
Nak, kamu tetap istimewa.. Di usiamu yang ke 7 hari ini ijinkan Ibu kembali berdoa : Semoga Alloh selalu menyehatkan kita sekeluarga. Aamiin..
*Ditulis untuk putra Ibu yang paling kuat, yang lahir pada 21 September 2010, Naizar Al Jundi..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar