Kamis, 28 September 2017

Nikmat

Di rumah kami, jika ingin makan dengan nikmat, maka saya dan suami harus makan secara bergantian. Biasanya saya makan terlebih dahulu, suami yang berjaga mengajak main anak-anak agar tak mengganggu saya makan. Setelah selesai, gantian suami yang makan dan saya yang berjaga, hehe.

Tapi jika ingin makan dengan lebiiiih nikmat, maka kami bisa langsung makan bersama, saya, suami, Zaid Si Sulung, Naizar Si Tengah dan Bilal Si Bayi. Apa yang membuat lebih nikmat? Entahlah.. mungkin karena pada saat suapan pertama Naizar tak sengaja menumpahkan air minumnya sehingga saya harus mengepel lantai ditengah acara makan, Zaid yang bolak balik minta tambah nasi, atau Bilal yang tengah asik meremas-remas nasi di atas piring tiba-tiba saja BAB. Aduhai....

Acara makan yang menguras emosi itu akan diakhiri dengan suami yang rela membereskan sisa makanan yang berceceran dan saya yang bertugas mencuci piring. Alhamdulillah...

Nama Panjang

Suster (+) , Saya (-)

(+) Boleh disebutkan nama lengkapnya, Bu?
(-) Triani
(+) Nama panjangnya?
(-) Triani aja, ga ada panjangnya
(+) Ini, 'Triani Mulyadin'? (nunjuk kertas pendaftaran, saya membaca nama di kertas pendaftaran)
(-) Oh, Mulyadin mah nama suami saya
(+) Oh iya, Bu, ga apa-apa, ketentuan baru namanya harus 2 kata, jadi ini ditambahkan nama penangggung jawab pasien dibelakang nama ibu
(-) Oh, gitu? (saya merenung sejenak) eh.. tp bisa dirubah ga namanya? Nama saya aja diulang jadi 2 kali, jadi 'Triani Triani'
(+) Bisa dirubah, Bu, tp ga bisa diulang jadi 'Triani Triani'
(-) Oh ya udah itu aja dulu ga apa-apa, 'Triani Mulyadin'

Itu adalah salah satu peristiwa 'mengenaskan' efek dari punya nama yg singkat. Triani. Saja. Mungkin satu-satunya keuntungan punya nama singkat adalah ketika ngisi bulatan2 di Lembar Jawaban Komputer ketika ujian sekolah dulu, cepet ngisinya, ga kayak org2 yg punya nama panjang. Daaaan alhamdulillah punya suami yg namanya satu kata jg... 😂

Btw, kira2 nama panjang yg cocok utk saya apa ya? Mmm.. Triani Chelaluchayankkamoe... *plakkk

Rabu, 27 September 2017

Banyak Anak

Saya hamil. Hahaha, berikut beberapa reaksi unik yang pernah saya terima ketika saya mengatakan dua kata di awal tulisan ini :

1. Waah, Tri, hamil lagi, selamat ya.. meuni rajin -> Ini reaksi yang paling bingung harus saya tanggapi dengan sikap bagaimana, soalnya reaksinya antara ikut bahagia plus ngeledek 😁

2. Astagfirullah, Triiii... Hamil lagi??  -> Ungkapan yang aneh, seolah saya hamil tanpa suami, nyebelin!! 😑

3. Euleuh-euleuh Tri, budak leutik boga budak 😂 -> Ini nih, bingung juga, antara pengen nabok sama pengen ngejitak 😅😅

Kenapa saya banyak menerima ungkapan unik? Karena mungkin saya keseringan bilang 'hamil' gkgkgkgkgk. Kadang kalau dapat ungkapan itu pas lagi sensi, saya suka ngedumel. Emang kenapa kalau saya punya anak lagi?  Ngerepotin situ ga?  Yang nganter  kontrol ke RS situ bukan?  Tiap saya melahirkan nengok ga?  Ngasi kado ga? Ikut ngasuh ga?  Daaann.. banyak lagi..

Yaa kan sebenarnya bedanya cuma diungkapannya aja kan ya,  misal kalau lahiran anak pertama : Alhamdulillah,  telah lahir putra pertama kami.... Kalau saya sudah sampe sini : Alhamdulillah telah lahir putra ketiga kami.... Greget yang baca nya mungkin beda 😆 Padahal perjuangan ngelahirinnya sama lho ya.  Pernah saya minta doa sama sahabat saya : Doain ya,  moga lahiran anak ketiga ini lancar. Dan jawabannya : Ah,  percaya lah sama kamu mah,  sudah expert di bidangnya.. 😂😂😂 Jadi menurut ibu-ibu saya kemarin didoain ga sama sahabat saya itu?

Ah pokonya mah,  buat ibu-ibu yang senasib sama saya,  yang sering menerima ungkapan unik, karena anaknya banyak, santai aja ya,  Bu,  hadapi saja dengan senyuman.. Ecieee..  Silakan tanya sama ibu-ibu yang sudah bertahun-tahun menikah namun belum kunjung diberi momongan,  saya yakin mereka lebih memilih banyak anak dibanding ga punya anak. Banyak anak itu keren, Bu,  kalau mendidiknya benar dan ikhlas anak bisa jadi investasi kita untuk sama-sama membangun perahu kecil untuk ke Surga.

Buat ibu-ibu sholehah yang belum kunjung dikaruniai momongan,  tetap sabar dan ikhtiar ya,  Bu. Tetap berprasangka baik sama Alloh,  yakinlah amanah dan cinta Alloh tak pernah datang terlambat,  ia akan datang pada waktu yang tepat.  Lagipula sebutan 'anak' tak melulu ditujukan untuk seseorang yang lahir dari rahim kita. Tetap semangat!

Sekian curhat pagi ini,  ditulis saat udara dingin ditengah goncangan angkot Cimahi - Padalarang..

***

Selasa, 19 September 2017

Nak, kamu istimewa..

Nak,  kamu istimewa...
Walaupun 7 tahun lalu kau memaksa keluar dari perut Ibu di usia kandungan yang baru 32 minggu.  Kulitmu membiru,  tak menangis ketika dilahirkan,  dan bobot tubuh yang hanya 1,9kg memaksamu 'menginap' di Rumah Sakit selama 28 hari.

Nak,  kamu istimewa...
Walaupun 3 bulan kemudian kau divonis menderita hydrocephalus. Ukuran kepalamu lebih besar dibanding bayi lain seusiamu. Penyebabnya karena kau terjangkit salah satu virus TORCH. Kau sempat diinfus di Rumah Sakit seharian,  tanpa obat.  Ketika akhirnya malam tiba, Dokter mengatakan obat untuk penyakitmu belum tersedia dan beliau menyuruh kita pulang. Ibu membawamu pulang dengan hampa,  Nak...

Nak,  kamu istimewa...  Walaupun setelah hari itu kami sibuk mencari obat untukmu. Kamu ingat,  Kakek dan Abi setiap hari mondar-mandir dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit lainnya,  dari Apotek satu ke Apotek lainnya, demi mencari obat untuk penyakitmu yang memang ketika itu sulit didapat. Dan Ibu?  Ibu tak henti menyeka air mata setiap saat. Ibu panik,  takut... Doa Ibu kala itu : Ya Alloh,  sembuhkan anakku, biar aku saja yang sakit,  pindahkan penyakitnya padaku,  biarkan anakku sehat... Ah,  doa yang dulu sempat Ibu pikir berlebihan akhirnya terucap juga.  Ibu tau rasanya sekarang,  bagaimana seorang Ibu akan menjadi 'tak waras' ketika melihat anaknya menderita. Bagaimana seorang Ibu akan sulit untuk berpikir jernih saat anaknya sakit. Yang ada dipikirannya adalah bagaimana agar anaknya sehat, tak peduli bagaimana pun caranya, walaupun harus bertukar nyawa.

Nak,  kamu istimewa..  Seistimewa ikhtiar kita dengan medis dan alternatif untuk kesembuhanmu. Seistimewa perjuangan kita yang akhirnya berbuah manis.  Kamu sembuh,  Nak..

Nak,  kamu istimewa...  Seistimewa cara Alloh memilih rahim Ibu untuk tempat hidupmu.  Seistimewa rasa cinta saat pertama kali kau lahir ke dunia.

Nak,  kamu tetap istimewa.. Di usiamu yang ke 7 hari ini ijinkan Ibu kembali berdoa : Semoga Alloh selalu menyehatkan kita sekeluarga. Aamiin..

*Ditulis untuk putra Ibu yang paling kuat, yang lahir pada 21 September 2010, Naizar Al Jundi..