Kamis, 09 Maret 2017

Sekotak Cinta Buat Bapak





"Pa, iraha nyandak kueh deui?" (Pak, kapan bawa kue lagi) tanya saya pada Bapak

"Ke mun aya rapat deui" (nanti kalo ada rapat lagi) jawab Bapak saat itu, jawaban yg cukup membuat anak kecil seperti saya tersenyum puas sekaligus penuh harap.

Ribuan hari setelah hari itu. Hari ini kurang lebih saya ada di posisi Bapak,  duduk dalam sebuah rapat dengan sekotak snack. Pasti Bapak dulu seperti ini, merelakan sekotak snack miliknya untuk dibawa pulang, demi menyaksikan putri kecilnya tersenyum riang menyambut kepulangan Bapak. Kepulangan Bapak dengan sekotak kue. Dulu Bapak memberi saya sekotak kue, hari ini saya akan menggantinya dengan sekotak doa, semoga Bapak selalu sehat dan dipanjangkan umurnya.

Ribuan hari setelah hari itu. Hari ini saya merasakan apa yang dulu Bapak rasakan. Saya membuka kotak snack di hadapan saya, isinya 4 potong kue. Saya makan sepotong kue, sekedar pengganjal perut. Sisanya akan saya bawa pulang, seperti Bapak dulu. Agar ada senyuman bahagia ketika anak-anak bertanya "Ibu, bawa kue apa?"

***

Foto : http://kuebasahbogor.blogspot.co.id

Selasa, 07 Maret 2017

Bu, Kakak Sudah Meninggal?

Suatu sore ditengah kesibukan memasak sambil menemani Zaid belajar untuk UAS besok. Zaid berdiri di belakang saya yang mulai menumis bumbu.

"Jadi, alat utama untuk berwudhu itu air, kalo ga ada air bisa pake debu, atau kayu, atau batu..." ujar saya mengulang materi yang akan diujiankan besok.

"Iya." jawab Zaid. "Jadi wudhunya pake air, kalo ga ada air pake apa, Bu?"

"Debu.." jawab saya

"Kalo ga ada debu?"

"Pake kayu..."

"Klo ga ada kayu?"

"Pake batu."

"Kalo ga ada batu?"

"Pasti ada." jawab saya

"Kalo ga ada semuanya?"

"Pasti ada." 

"Kalo ga ada semuanya gimana?" Zaid bersikeras

"Ada, Kak.. kalo ga ada apa-apa namanya udah meninggal." jawab saya dengan nada tinggi. Tumisan saya hangus. Dengan sedikit kesal saya memasukkan potongan sayuran ke dalam penggorengan. Saya lihat Zaid melengos pergi. Ada raut wajah kecewa terlihat di sana. Saya tau Zaid tak puas, tapi juga tak berani mengganggu saya yang masih tampak sibuk. Ah sudahlah..

Malam harinya. Tok..Tok.. pintu kamar saya diketuk, sedetik kemudian wajah polos Zaid muncul di balik pintu.

"Bu...Kalo udah ga ada apa-apa buat wudhu... berarti kakak sudah meninggal ya?" tanya Zaid lemah.

Astagfirulloh... Ya Alloh.. Zaid masih mengingat peristiwa sore tadi. Saya menarik lembut Zaid ke pelukan saya.. Maafkan Ibu, Nak... Maafkan... Ibu tak cukup mempunyai kesabaran sore tadi... Peristiwa sore tadi ternyata begitu berbekas di hati Zaid.

"Jadi ga ada apa-apa buat wudhunya ya?" tanya saya lembut. "Ga ada air? Debu? Kayu? Batu?" Zaid menggeleng. Saya memutar otak. "Emangnya Kakak Zaid lagi ada dimana misalnya?" tanya saya. Zaid melihat sekeliling.

"Misalnya Kakak ada di kamar.." jawabnya. Giliran saya yang melihat sekeliling. Di kamar tidur. Sekilas, memang tak ada air di dalam kamar, juga debu, kayu dan batu, tak ada, semua bersih.

"Oh.. kalo di kamar, Kakak tempelin tangan Kakak ke tembok, di tembok sebenarnya ada debu nya, tapi kecil-kecil, jadi ga keliatan." saya menempelkan kedua telapak tangan Zaid ke dinding kamar.

"Jadi ada debu yah di kamar?" Zaid tampak antusias.

"Iya, ada." saya mengangguk. Sebuah senyuman tersungging di wajah putra sulung saya itu, dia puas. Lalu beranjak kembali ke kamarnya dengan riang. Alhamdulillah... Alhamdulillah...

Ternyata sesederhana itu. Kesederhanaan itu tak tampak karena tadi sore saya tak sabar. Tadi sore saya tak benar-benar meluangkan waktu untuk menemani Zaid. Saya merenung. Saya ingin Zaid 'pintar' seperti saya, tapi saya tak mau repot mentransfer 'kepintaran' tersebut. Saya, mungkin juga ada orang tua lain yang ingin anaknya serba tau, tapi justru malas berbagi pengetahuan.

Sering anak bertanya sesuatu yang menurut kita tak harus ditanyakan. Misalnya, mengapa adik bayi ga ada giginya? Mengapa roda berputar? Mengapa kalo digigit lebah bisa bengkak? Ah, kita malah mematahkan pertanyaan anak dengan hardikan, runtuhlah keingintahuan anak. Kalo kita ga tau ya kita yang harus belajar lagi. Kalo kita menilai imajinasi anak terlalu tinggi, atau tak masuk akal, coba masuklah ke dalam imajinasinya, rasakan apa yang anak rasakan... Imajinasi anak tak terlalu tinggi, hanya pemahamannya saja yang harus kita arahkan. Seperti halnya Zaid tadi. Saya berpikir mana mungkin di lingkungan kita sampai tak ada air debu kayu dan batu sekaligus, saya berpikir Zaid mengada-ada. Tapi setelah saya benar-benar meluangkan waktu, ternyata Zaid benar, maksudnya di dalam kamar. Kamar tidur kami tak ada toiletnya, bersih tak berdebu, juga tak ada kayu ataupun batu.

Terima kasih Zaid sayang, juga putra-putra saya yang lainnya. Selalu ada hal baru yang diajarkan anak setiap hari. Mereka memang putra saya, tapi juga sekaligus guru kehidupan saya. Maafkan Ibu yang selalu tak sabaran, doakan agar bisa jadi Ibu terbaik buat kalian...


*Ditulis dengan cinta sebagai pengingat untuk diri saya sendiri 





Minggu, 05 Maret 2017

Kebiasaan Sebelum Tidur

Hehe.. mau cerita nih, kebiasaan 3 jagoan kecil sebelum tidur..

Zaid. Zaid kayaknya senang akan suasana yang adem, bahkan cenderung dingin. Kebiasaannya sebelum tidur adalah ngebolak-balikin bantal atau guling. Ketika bantal atau guling baru dibalik ke satu sisi, maka rasanya akan lebih dingin dari sisi sebelumnya. Tak jarang Zaid menyingkap bajunya hingga sedikit terbuka, lalu mepet ke tembok utk merasakan dinginnya tembok. Nak, Nak.. tau gini Ibu ga usah beli kasur, tidur aja di lantai sekalian... kan dingin tuh...hahaha...

Naizar. Nah, lain lagi dengan Naizar. Sebelum tidur, Naizar punya kebiasaan nyolek-nyolek pipi Emaknya. Sekarang mending cuma sekedar nyolek, kalo dulu tuh nyolek sambil kuku jarinya diteken-teken ke pipi. Aduh, selain sakit, jg akan meninggalkan flek-flek hitam di pipi Emaknya. Itulah alasannya knp wajah saya ga pernah bisa glowing kayak Mbak-Mbak Cantik di iklan kosmetik...beu...

Bilal. Nah, berhubung Bilal mah masih ngeASI, jadi belum ada kebiasaan yang signifikan, hahay. Bilal bisa langsung tidur nyenyak selama 'gentong' ASI nya ada di dekatnya... ups..

Sepertinya kebiasaan-kebiasaan tersebut dilakukan anak untuk mencari kenyamanan sebelum tidur. Macam-macam kebiasaan dilakukan anak, ada yang mungkin sebelum tidur harus digarukin, dikipasin, dibacain dongeng, dan lain sebagainya. Apapun kebiasaannya selama masih dalam batas normal dan tidak ketergantungan, mungkin masih aman ya. Namun jangan lupa, tidur dalam keadaan berwudhu dan miring ke arah kanan adalah salah satu sunnah yang dicontohkan Rasululloh SAW. Smga kita bisa mengamalkannya. Aamiin...